Latest Post

Bonus Mengikuti Kursus

Peristiwa ini terjadi tahun 2002, ketika saya ditugaskan untuk mengikuti Kursus Kearsipan yang diadakan oleh Group Perusahaan saya. Sebenarnya peristiwa ini tidaklah sengaja untuk saya rencanakan, namun terjadi begitu saja secara spontan, mengalir bagai air mengikuti naluri manusia.

*****

Perusahaan di tempat saya bekerja pada awalnya adalah penyedia jasa yang bergerak di bidang bimbingan belajar di Kota Y. Namun seiring dengan kemajuan yang dicapai, maka dicoba untuk mengembangkan sayap pada bidang-bidang lain seperti super market, sekolah tinggi ekonomi, kursus komputer, travel and tour, bahkan membuka rumah makan, yang semakin hari semakin berkembang dan tidak hanya menempati satu gedung namun tersebar di berbagai tempat dan mempunyai kantor cabang dikota-kota lain di Indonesia.

Saya bekerja sebagai staf di bidang adminstrasi perusahaan dan menangani arsip-arsip perusahaan yang semakin hari semakin menumpuk saja. Seiring dengan perkembangan tersebut diadakanlah training kearsipan bagi karyawan-karyawan yang menangani arsip-arsip perusahaan supaya ada kesatuan persepsi dan model yang akan dipakai dalam penanganan arsip, sehingga memudahkan dalam pencarian kembali arsip yang telah lalu, maupun menyeleksi arsip-arsip yang akan dimusnahkan supaya tidak memenuhi gudang.

Ketika saya ditugaskan untuk mengikuti kursus tersebut, saya langsung menyatakan setuju. Saya merasa beruntung ditunjuk untuk kursus kearsipan tersebut, karena selain tidak masuk kantor juga bisa "refreshing" menyegarkan badan dan otak yang sehari-hari hanya bergelut dengan kertas dan kertas. Kursus diadakan selama 2 minggu dan menginap di subuah penginapan di kawasan Kaliurang, suatu tempat rekreasi yang sejuk di kaki Gunung Merapi.

Kursus kearsipan diikuti sekitar 30 orang laki dan perempuan, umurnya berkisar antara 22 sampai 36 tahun, jadi masih muda-muda dan penuh semangat. Ada yang sudah berkeluarga, ada juga yang baru punya pacar. Walaupun kami dalam satu group perusahaan, namun karena jarang bertemu, terlebih yang dari luar kota, ya kebanyakan dari kami belum saling kenal, hanya satu dua orang saja yang sudah saling kenal.

Hari pertama kursus diadakan acara perkenalan dari masing-masing peserta untuk menyebutkan nama, alamat, asal sub perusahaan/kerja dibagian apa, dan sebagainya sampai soal status keluarga, anak serta suami ataupun istri. Setelah istirahat siang, untuk lebih dapat menghafal nama serta lebih kompak dalam kerjasama peserta diadakan kegiatan dinamika kelompok dan dilanjutkan acara Outward Bound selama 2 hari penuh.

Dalam dua hari tersebut hampir semua peserta sudah saling kenal satu sama lain, bahkan ada yang tampak akrab. Ketika acara istirahat siang mereka sudah pada ngobrol satu sama lain, saling curhat, saling mencari "jodoh" masing-masing. Dan pada malam kedua itu kelihatannya mereka sudah saling akrab bahkan hampir dari semua peserta pada malam itu sesudah pelajaran selesai kira-kira pukul 21. 30 WIB mereka memutuskan untuk jalan-jalan keliling sekitar penginapan sampai ke Gardu padang untuk melihat pemandangan alam di sekitar Gunung Merapi malam hari. Dan sungguh menakjubkan, pada malam terang bulan itu Merapi terlihat indah, gagah, namun menyimpan rahasia alam yang tak dapat diraba oleh panca indera.

Dalam perjalanan malam itulah saya mulai menemukan "jodoh" untuk diajak bincang-bincang secara dengan dekat atau curhat bahasa populernya. Sebut saja teman saya tadi Wiwik. Masih muda sekitar 25 tahun, belum kawin katanya, namun sudah punya pacar.
"Pacarku itu lho Om (begitu dia panggil saya) yang antar aku ke sini tempo hari".
"Oh, yang antar kamu tempo hari to Wuk" sahutku.
Hari-hari selanjutnya semakin akrab aku memanggil dia dengan panggilan Wuk, dan dia memanggilku dengan Om.
"Kok, panggil aku Om, gimana sih?" godaku.
"Gini Om, soalnya dari perkenalan kemarin, Om umurnya sudah sebaya dengan umur Pak Lik atau Paman saya, jadi ya kupanggil saja Om. Nggak apa-apa kan?" sahutnya.
"Oh, begitu to, oke deh" sahutku pula.

Pada Ju'mat pertama, saya coba ajak Wiwik untuk jalan-jalan setelah akhir pelajaran. Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 22. 00 WIB.
"Wuk, belum ngantukkan?" tanyaku.
"Belum Om, ada apa?" Wiwik balas bertanya.
"Yuk, kita jalan-jalan ke gardu pandang!" ajakku.
"Siapa aja yang akan kesana Om?" tanyaknya lagi.
"Aku nggak tahu, aku hanya ajak kamu jalan-jalan malam ini, kan besok malam Minggu diberi kesempatan pulang ke rumah masing-masing, jadi ini kesempatan malam terakhir minggu pertama untuk jalan-jalan. Kalau yang lain ada yang ikut aku nggak keberatan, kalau tak ada yang ikut pokoknya aku ajak kamu aja, mau kan?" aku coba merayu.
"Gimana ya Om?" dia agak ragu menjawab.
"Aku sih sebenarnya juga ingin jalan-jalan, tapi kalau hanya kita berdua gimana, ya, aku tak enak sama teman-teman yang lain", lanjutnya.
"Ya nggak usah dipikirkan, tuh mereka sudah membuat kelompok-kelompok sendiri!" sahutku pula.
Wiwik diam sebentar dan akhirnya memutuskan mau kuajak jalan-jalan malam itu, hanya berduaan saja.

Sepanjang jalan aku dan Wiwik ngobrol tentang keadaan kantor masing-masing, tentang keadaan alam, tentang keluarga, dan ngomong apa saja untuk menghilangkan kejenuhan selama perjalanan ke gardu pandang. Setelah jalan beberapa ratus meter melewati tanjakan dan tikungan tiba-tiba melewati tikungan yang cukup gelap karena lampu penerangan jalan yang mati.
Wiwik berhenti sebentar dan berkata" Om, gelap tuh jalan, gimana yuk balik aja".
"Balik, tanggunglah yau, kan gardu pandang tinggal beberapa puluh meter di depan, setelah tikungan itu kan?" sahutku.
"Iya tapi kan cukup gelap, aku agak takut" sahutnya pula.
"Nggak apa-apa, ada aku kok (gayaku sok berani), yuk terus!" sahutku sambil secara reflek menarik tangannya dan kugandeng terus melewati kegelapan.
Wiwik, terus mengikuti, malah memegangku semakin erat dan semakin dekat jaraknya tubuhnya dengan tubuhku. Tercium, bau parfum yang wangi dari tubuhnya. Hal ini semakin ingin aku menggandengnya lebih lama. Akhirnya aku dan Wiwik melewati jalan gelap sambil bergandeng tangan terus sampat tempat gardu pandang. Disana sudah ada beberapa pasangan muda-mudi yang juda duduk-duduk sambil memandang keindahan Gunung Merapi.

"Om, lepasin dong tangannya" pintanya.
"Oh maaf, ya Wuk, aku sampai lupa, habis hangat sih" godaku.
"Om, nakal, besuk kuberitahu lho istri om, biar dimarahi" sahutnya.
"Eh, ngancam, ya? Besuk juga kuberi tahu pacarmu, hayo" balasku pula.
Wiwik mencubit tanganku, namun secara cepat kupegang tangannya erat-erat dan kutarik tubuhnya mendekati tubuhku, kutarik lagi hingga tubuh kami berdua berdekatan.
"Ssst.. nggak usah ribut, nanti pada menengok dan melihat ke sini semua" bisikku di telinganya. Mata kami saling memandang, dan Wiwik pun tersenyum.
"Oke, Om, nggak usah lapor-laporan, ya" ucapnya pelan, kemudian aku pun membalas senyumnya.
"Iya deh, Oreo, setujukan?"
Akhirnya malam itu kami duduk-duduk untuk beberapa lama, ngobrol, sambil menikmati pemandangan dari gardu pandang, yang pada waktu itu Merapi telah diselimuti kabut cukup tebal.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 23. 30 waktu setempat, hawa di pegunungan itu semakin terasa dingin, satu persatu, sepasang demi sepasang, mereka mulai meninggalkan gardu pandang. Aku pun mengajak turun Wiwik menuju tempat penginapan kami.
"Om, dingin sekali ya, Om dingin nggak? tanyanya.
"Ya dingin sahutku pula, gimana to? tanyaku pula.
"Nggak apa-apa kok, yok kita turun" lanjutnya. Tanpa berkata ba, bi, bu, ku gandeng tangan Wiwik, dia tak menolak, aku semakin berani untuk segera merangkulnya.
"Gimana Wuk? hangat kan? tanyaku.
"Om, nakal, besuk aku bilangan, sama istri Om" sahutnya.
"Eit, kita kan udah janji, Oreo-kan" kataku pula.
Akhirnya Wiwk diam saja kurangkul dan kudekap sepanjang perjalanan menuju penginapan, mungkin merasa hangat dan lebih tenang seperti yang kurasakan.
"Lepasin Om tangannya" katanya setelah terlihat penginapan yang tinggal beberapa puluh meter. Kulepaskan tanganku dan aku sengaja menyenggol bukitnya yang ternyata cukup besar. Wiwik hanya diam saja.
"Dah.. Wiwik.." kataku ketika kami berpisah dan menuju kamar masing-masing.
"Dah.. Om, nakal" sahutnya sambil tersenyum.

Sabtu sore itu kami diberi kesempatan untuk pulang mengengok keluarga masing-masing. Aku pulang sendiri, Wiwik dijemput oleh pacarnya, yang ternyata juga tidak begitu ganteng.
"Selamat jalan, ya, hati-hati" kataku sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman.
Wiwik pun menjawab "Terimakasih, Om, ini kenalkan, pacarku".
Aku pun terus bersalaman dan berkenalan dengan pacarnya.
"Sigit" katanya singkat.
"Yanto" jawabku singkat pula.
"Senang ya punya pacar cantik, kok diajak pulang sore ini, mengapa tak nginap di sini aja berdua, sekaligus bermalam minggu di sini. Kalau mau nanti aku mintakan izin sama panitianya. Aku kenal kok sama ketua panitia kegiatan ini" godaku pula.
Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum malu.
"Nggak usah lah yau, nanti ndak lupa daratan" sahut mereka berdua hapir bersamaan.
"Oke, kalau gitu selamat jalan, dan sampai jumpa" aku berkata demikian sambil melambaikan tangan. Mereka berdua pun melambaikan tangan, menghidupkan mesin motornya dan melesat turun ke kota.

Ketika aku masih bengong melihat Wiwik dengan pacarnya sudah melesat pergi, tiba-tiba dari belakang di tepuk pundakku oleh Pak Bandung, salah seorang panitia yang telah kukenal sebelumnya.
"Hayo! Dik Yanto jangan bengong aja, dulu waktu muda kan pernah kayak gitu, ingat lho Dik Yanto, anak dan istri telah menunggu dirumah untuk berakhir pekan" katanya.
Aku pun terkejut, "Oh, nggak apa-apa kok Pak, saya cuma setengahnya tidak percaya, itu lho gadis cantik kayak gito kok pacarnya biasa saja, nggak ganteng, kalau dipikir-pikir justru lebih ganteng saya to Pak" jawabku pula.
Dan sambil menghidupkan mesin aku langsung tancap gas turun gunung, mampir sebentar di warung pinggir jalan, membeli juadah tempe serta wajik untuk oleh-oleh anak istri yang telah menunggu di pondok mertua indah.

Senin pagi itu para peserta kursus telah berdatangan lagi untuk melanjutkan menimba ilmu kearsipan. Kulihat Wiwik juga telah datang dan tengah menikmati sarapan pagi yang memang telah disediakan oleh pihak panitia. Aku mendekat dan menyapa"Pagi Wuk, gimana kabarnya, gimana malam minggunya, asyikkan, saya tahu lho Wuk malam itu kamu tidak pulang ke rumah tapi entah bermalam dimana" kataku mencoba menebak-nebak sambil duduk didekat Wiwik yang lagi sarapan pagi.
"Ah, Om ini sok tahu, kalau ya terus mau apa, kalau tidak trus gimana" jawabnya agak ketus.
"Ya, nggak apa-apa, wong aku cuma bercanda, kok" aku balas menjawab.
"Gimana Wuk, nanti habis pelajaran malam kita jalan-jalan lagi, ya. Nanti jalan-jalan dengan route yang lain dengan kemarin, oke?" aku mengajak Wiwik.
Wiwik pun mengangguk tanda setuju.

Malam itu setelah pelajaran malam berakhir pukul 21. 30 kami berdua jalan-jalan mengelilingi taman parkir, gardu pandang, telogo nirmolo, dan akhir berhenti duduk-duduk karang Pramuka. Saat itu Wiwik memakai jaket tebal dan celana jeans ketat. Dalam keremangan malam terlihat bentuk kakinya yang indah sesuai dengan tinggi badannya.
"Dingin Wuk?" tanyaku membuka percakapan.
"Ya dingin, mana ada tempat di Kaliurang yang hangat" jawabnya.
"Ada saja" jawabku
"Dimana" tanyanya lagi
"Ya, disini" jawabku sambil aku menggeser pantatku dan duduk berdekatan dengannya.
"Dimana Om?" Wiwik pun bertanya lagi
"Ya.. disini, coba pejamkan mata sebentar!" perintahku.

Wiwik pun memejamkan mata. Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja.
"Dimana Om,? dia bertanya lagi
"Disini" jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya.
"Om, nakal" Wiwik meronta tapi aku tetap meneruskan pelukanku bahkan semakin erat dan akhirnya perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk, kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya, mencium bibirnyanya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat.
"Oh.. Om.." desahnya pelan
"Oh.. Wuk, cantik sekali kau malam ini" rayuku pula.

Tanganku selanjutnya menelusuri tubuh dibalik jaketnya yang tebal. Aku sedikit kaget karena Wiwik hanya memakai kaos "adik" (istilah kaos yang kekecilan sehingga ketiak dan pusar terlihat) singlet yang agak tebal.
"Nggak usah terkejut Om, aku sering melakukan ini dengan pacarku" bisiknya.
"Lho, katamu dingin, kok pakai singlet?" aku balas bertanya.
"Iya, tadi dingin, tapi sekarang sudah agak hangat, kan ada pemanasnya" celotehnya pula.
"oo begitu, baru hangatkan? Oke kalau begitu nanti kubuat kamu lebih hangat lagi, kalau perlu sampai panas" lanjutku sambil terus mengelus, meraba tubuhnya.

Dan akhirnya sampai dibukit yang cukup besar dan kiranya mulai menegang. Tanganku berhenti sebentar dibukitnya yang kenyal, kemudian mulai kuremas-remas dengan kedua tanganku dari arah belakang. Wiwik mulai melenguh kenakan.
"Oh.. Om, terus-terusin Om.., Om.. teruus" Wiwik terus merengek.
Kemudian dia berbalik dan tangannya juga mulai mememeluk tubuhku semakin erat. Tangannya menuntun tanganku dari bawah kaosnya menuju bukitnya dan ternyata juga tidak memakai BH. Kuremas pelan-pelan dan semakin cepat seiring dengan rengekannya. Kami berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir, saling meremas, entah berapa lama. Kami semakin tidak sadar kalau berada diruang terbuka. Disekeliling kami hanya pepohonan hutan cemara dikeremangan malam, diiringi suara cengkerik, belalang serta binatang malam lainnya, dipinggir tanah lapang itu. Kami pun tidak akan tahu seandainya disekeliling lokasi itu ada yang melihat baik sengaja mengintip atau tidak sengaja melewati daerah itu.

Permainan terus berlanjut diudara terbuka itu. Wiwik pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku, mengelus dari luar celanaku. Tahu bahwa "adik"ku telah bangun, Wiwik pun segera memelorotkan celanaku yang kebetulan waktu itu hanya memakai training. Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak dan selanjutnya Wiwik mengemot-emot, memainkan lidahnya dikepala kemaluanku dengan semangat. Hal ini membuatku lupa dengan istri dirumah yang belum pernah melakukan hal yang demikian.
"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. enak Wuk, teruuss.."
Dan crot, crot, crot.., crot, crot.., crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya yang mungil dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.
"Enak Om?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk, mulut rasanya sulit berkata karena hampir tak percaya kejadian yang baru saja tadi. Ini adalah hubungan seks-ku yang pertama dengan selain istri, walaupun baru sebatas oral seks. Dan ternyata menimbulkan kesan lain yang mendalam selain juga mengasyikkan.
"Aku bersihkan ya Om" dan tanpa berkata lagi Wiwik mengulum-ulum batang kemaluanku, menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih, sih.
"Oh, Wuk.."
Sadar berada di alam terbuka, aku segera melihat jam tanganku. Jarum jam telah menunjukkan angka 23. 15. Aku segera mengajak Wiwik meninggalkan tempat itu.

E N D
 

Bonus Mengintip Tante

ku Andy. Beberapa waktu lalu aku pernah bercerita tentang nenek Elsa yang cantik (istri dari adik kakekku). Setelah membuat affair dengan nenekku, aku juga merasakan kenikmatan adik dan sepupu nenek. Salah satunya dengan Tante Wine, usianya 38 tahun. Sekarang aku mau berbagi cerita nyata tentang affairku dengan Tante Wine ini.

*****

Sejak tinggal dirumah nenek, aku bener-bener dimanja soal sex, juga soal duit. Sampai suatu ketika rumah nenek kedatangan tamu dari Manado, namanya Tante Wine. Menurut nenek Tante Wine ini tinggalnya di desa jadi agak kolot gitu. Tapi pas pertama dikenalkan, aku tidak melihat wajah desa dari Tante Wine. Raut muka yang cantik (nggak berbeda jauh dengan nenek Elsa) dengan postur yang semampai lagipula putih bersih membuat orang tidak mengira kalau Tante Wine adalah wanita desa. Satu-satunya yang bisa meyakinkan kalau Tante Wine orang desa adalah logat bahasanya yang bener-bener medok.

Akupun langsung akrab dengan Tante Wine karena orangnya lucu dan suka humor. Bahkan aku sering ngeledek karena dialeknya yang ngampung itu. Wajahnya keliatan agak Indo dengan tinggi kutaksir 162 cm. Pinggangnya langsing, lebih langsing dari nenek Elsa, dan yang bikin pikiran kacau adalah buah dadanya yang lumayan gede. Aku nggak tau persis ukurannya tapi cukup besar untuk menyembul dari balik daster.

Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah Tante Wine haus sex seperti kakaknya? Kalau kakaknya mau kenapa adiknya nggak dicoba? Akan merupakan sebuah pengalaman sex yang seru kalo aku bisa menidurinya. Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dibenak kotorku. Apalagi dengan bisanya aku tidur dengan nenekku, (dan banyak wanita STW) rasanya semua wanita yang umurnya diatas 35 kuanggap akan lebih mudah ditiduri, hanya dengan sedikit pujian dan rayuan.

Dirumah, nenek Elsa sudah beberapa kali wanti-wanti padaku jangan sampe aku perlakukan Tante Wine sama sepertinya, rupanya Elsa cemburu karena ngeliat kemingkinan itu ada. Sampai suatu ketika nenek sedang pergi dengan kakek ke Surabaya selama dua hari. Sehari sebelum berangkat aku sempat melampiaskan nafsuku bersama Elsa di sebuah motel deket rumah, biar aman. Disana sekali lagi nenek Elsa wanti-wanti. Aku mengiyakan, aku bersusaha meyakinkan.

Setelah nenek dan kakek berangkat aku mulai menyusun rencana. Dirumah tinggal aku, Tante Wine dan seorang pembantu. Hari pertama niatku belom berhasil. Bebeapa kali aku menggoda Tante Wine dengan cerita-cerita menjuurus porno tapi Tante nggak bergeming. Saking nggak tahan nafsu ingin menyetubuhi Tante Wine, malamnya aku coba mengintip saat dia mandi. Dibelakang kamar mandi aku meletakkan kursi dan berencana mengintip dari lubang ventilasi.

Hari mulai malam ketika Tante Wine masuk kamar mandi, aku memutar kebelakang dan mulai melihat aktifitas seorang wanita cantik didalam kamar mandi. Perlahan kulihat Tante Wine menanggalkan daster merah jambunya dan menggantungkan di gantungan. Ups! Ternyata Tante Wine tidak memakai apa-apa lagi dibalik daster tadi. Putih mulus yang kuidam0idamkan kini terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama Tante Wine membasuk wajahnya. Sejenak dia bengong dan tiba-tiba tangannya mengelus-elus lehernya, lama. Perlahan tangan itu mulai merambah buah dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran melihat adegan sensual didalam kamar mandi. Jemari Tante Wine menjeljah setiap jengkal tubuhnya yang indah dan berhenti diselangkangannya. Badan Tante Wine bergetar dan dengan mata mengatup dia sedikit mengerang ohh! Dan tubuhnya kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena Mr. Happy-ku juga sudah menggeliat-geliat, aku menuntaskan nafsuku dibelakang kamar mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar aku juga mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.

Dalam beberapa detik aku memejamkan mata menahan sensasi kenikmatan. Ketika kubuka mata, wajah cantik Tante Wine sedang mendongak menatapku. Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi ingin kabur, dari dalam kamar mandi Tante Wine memanggilku lirih.
"Andy, nggak baik mengintip," kata tante Wine.
"Ma ma maafin," jawabku gagap.
"Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan..," kata Tante Wine lagi sambil tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi.
Aku paham maksudnya, dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam rumah dan sekejab aku sudah stand by di depan pintu kamar mandi. Smataku sedikit melongok sekeliling takut ketahuan pembantu. Hampir bersamaan pintu kamar mandi terbuka dan aku bergegas masuk. Kulihat Tante Wine melilitkan handuk ditubuhnya. Tapi karena handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas terlihat, putih dan sangat menggairahkan.

"Kamu pake ngitip aku segala," ujar Tante Wine.
"Aku kan nggak enak kalo mau ngomong langsung, bisa-bisa aku di tampar, hahaha," balasku.
Tante Wine memandangku tajam dan dia kemudian menerkam mulutku. Dengan busanya dia mencumbuku. Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas dari sapuan lidah dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak ada rasa kalo Tante Wine tuh orang desa. Ternyata keahlian nge-sex itu tak memandang desa atau kota ya.

Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan indah yang tadi masih jauh dari jangkauan kini bener-bener dekat, bahkat menempel ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri kemudian Tante Wine membungkuk dan melahap Mr. happy yang sudah tegak kembali. Lama aku dihisapnya, nikat sekali rasanya. Tante Wine lebih rakus dari nenek Elsa. Atau mungkin disinilah letak 'kampungan'nya, liar dan buas. Bebrapa detik kemudian setelah puas mengisapku, tante Wine mengambil duduk dibibir bak mandi dan menarik wajahku. Kutau maksudnya. Segera kusibakkan rambut indah diselangkangannya dan bibir merah labia mayora menantangku untuk dijilat. Jilatanku kemudian membuat Tante Wine menggelepar. Erangan demi erangan keluar dari mulut Tante Wine.

"Andi kamu hebat, pantesan si Elsa puas selalu," cerocos Tante Wine.
"Emangnya Tante Wine tau?" jawabku disela aktifitas menjilat.
"Ya nenekmu itu cerita. Dan sebelum ke Surabaya dia wanti-wanti jangan menggodaku, dia cemburu tuh," balas Tante Wine.
Ups, rupanya rahasiaku sudah terbongkar. Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu setiap jengkal kulit putih mulus Tante Wine.
"Sedari awal aku sudah tau kamu mengintip, tapi kubiarkan saja, bahkan kusengaja aja tadi pura-pura orgasme untuk memancingmu, padahal sih aku belum keluar tadi, heheh kamu tertipu ya, tapi Ndy, sekarang masukin yuk, aku bener-bener nggak tahan mau keluar," kata Tante Wine lagi.
Aku sedikit malu juga ketahuan mengintip tadi.

Masih dalam posisi jongkok di bibir bak mandi, kuarahkan Mr. happy ke vaginanya. Tante Wine mengerang dan merem melek setiap kuenjot dengan batang kemaluanku yang sudah besar dan memerah. Lama kami bertarung dalam posisi ini, sesekali dia menarik tubuhku biar lebih dalam. Setelah puas dengan sensasi ini kami coba ganti posisi. Kali ini dalam posisi dua-duanya berdiri, kaki kanannya diangkat dan diletakkan diatas toilet. Agak sedikit menyamping kuarahkan Mr. Happy ke vaginanya. Dengan posisi ini kerasa banget gigitan vaginanya ketiga kuenjot keluar masuk. Kami berpelukan dan berciuman sementara Mr. Happy masih tetep aktif keluar masuk.

Puas dengan gaya itu kami coba mengganti posisi. Kali ini doggie style. Sambil membungkuk, tante Wine menopangkan tangan di bak mandi dan dari belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya karena batang Mr. Happy seakan dijepit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk pantatnya yang mulus dan berisi. Tante Wine mendesis-desis seperti kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.

Dalam beberapa menit kemudian Tante Wine memintaku untuk tiduran di lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin juga maunya, tapi aku tidak bener-bener tiduran karena punggungku kusenderkan didinding sementara kakiku selonjoran. Dan dalam posisi begitu aku disergapnya dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang Mr. Happy, sedikit dikocoknya dan diarahkan ke vagina yang sudah membengkak. Sedetik kemudian dia sudah naik turun diatas tubuhku. Rupanya Tante Wine sangat menikmati posisi ini. Buktinya matanya terpejam dan desisannya menguat.

Lama kubiarkan dia menikmati gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan kumainkan pentil buah dadanya. Dia mengerang nikmat. Dan sejenak tiba-tiba raut mukanya berubah rona.
Dia meringis, mengerang dan berteriak.
"Ndy, aku mau nyampe nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya," erangnya.
Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali.
"Ohh," ditingkah erangan itu, kemudian tubuhnya melemah dipangkuanku.

Dalam hatiku curang juga nih Tante, masak aku dibiarkan tidak tuntas. Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi tanpa mencabut mr happy dari vaginanya. Dan perlahan mulai kuenjot lagi. Dia mengerang lagi mendapatkan sensasi susulan. Uh tante Wine memang dahsyat, baru sebentar lunglai sekarang sudah galak lagi. Pinggulnya sudah bisa mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami menikmati alunan irama seperti itu, kini giliranku mau sampai.
"Tante aku mau keluarin ya", kataku menahan gejolak, bergetar suaraku.
"Sama-sama ya Ndy, aku mau lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh".
Dibalik erangannya, akupun melolong seperti megap-megap. Sejurus kemudian kami sudah berpelukan lemas dilantai kamar mandi. Persetan dengan lantai ini, bersih atau nggak, emangnya gue pikirin. Kayaknya aku tertidur sejenak dan ketika sadar aku segera mengangkat tubuh Tante Wine dan kamipun mandi bersama.

Selesai mandi, kami bingung gimana harus keluar dari kamar mandi. Takut Bi Ijah tau. Kubiarkan Tante Wine yang keluar duluan, setelah aman aku menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing, Tante Wine langsung menysul ke kamarku setelah mengenakan daster. Aku yang masih telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan babak babak berikutnya. Malam itu kami habiskan dengan penuh nafsu membara. Kuhitung ada sekitar 7 kali kami keluar bersama. Aku sendiri heran kenapa aku bisa orgasme sebanyak itu. Walaupun di ronde-ronde terakhir spermaku sudah tidak keluar lagi, tapi rasa puas karena multi orgasme tetap jadi sensasi.

Selama 2 hari nenek Elsa di Surabaya, aku habiskan segala kemampuan sexualku dengan Tante Wine. Sejak kejadian itu masih ada sebulan tante Wine tinggal dirumah nenek Elsa. Selama itu pula aku kucing-kucingan bermain cinta. Aku harus melayani nenek Elsa dan juga bermain cinta dengan Tante Wine. Semua pengalaman itu nyata kualami. Aku nggak merasa capek harus melayani dua wanita STW yang dua-duanya punya nafsu tinggi karena aku juga menikmatinya.

E N D
 

Break, Break.., Tante pun Didapat

Sejak berada dibangku SLTA, saya mempunyai hoby merakit alat-alat elektronika, yang salah satunya adalah alat komunikasi Handheld Transceiver (HT). Setelah rampung merakit dan berhasil untuk digunakan berkomunikasi kini hari-hariku terisi dengan membuang kejenuhan melalui alat komunikasi tersebut. Sampai suatu saat ditengah malam, saya ngebrik dengan seorang wanita di channel khusus yang hanya dapat kami pergunakan berdua alias "mojok" dengan fasilitas symplex duplex. Asyik memang sehingga tak terasa sudah larut malam.
"Mah.., udah larut malam nich, masak hanya ngobrol terus tanpa tindakan?", tanyaku agak manja.
"Emang Papa mau ngapain, kita khan cuma bisa berbicara aja", balasnya di seberang sana.
"Engg maksud Papa.., ehm ssth", suaraku sengaja mendesah merayu.
"Ach Papa, dadamu menggairahkan emm apalagi pen.., auh besarnya".
"Emmh mah, buah dadamu montok, bersih dan itu.., putingnya merah jambu.., Papa ingin mengulumnya mah".
"Ini pah silakan.., ahh.., aih.., terus pah auh..".
Demikian hangatnya komunikasi ini sampai tak terasa celana dalamku basah oleh lendir kental seperti susu milk.
"Mah saya udah keluar nich, Mama udah belum?, tanyaku.
"Mamah belum apa-apa tuh pah", jawabnya.
"Gimana pah kalau besok kita KOPDA (Kopi Darat)".
"Oke dech mah, tapi dimana?
"Emm di Matahari Plasa lantai IV, tepatnya di Rumah Makan Dandaman, aku disana pakai T-shirt hitam dan celana Jeans Biru. Cari aku disana yah..".
"Oke deh,.. Lalu jam berapa?".
"Ya.., jam 10 pagi, bisa nggak?
"Pasti bisa deh.., oke sampai ketemu besok ya.., daah cup ah cheerio mam."
"Cup ah juga pah sampai besok.., cerio".

Akhirnya di pagi hari yang cerah, pagi-pagi sekali saya sudah mandi dan berpakaian rapi. Dengan menggunakan Jeep Willys bak terbuka Saya meluncur ke Matahari Plasa langsung menuju ke lantai IV. Disana saya berjalan-jalan sambil melihat-lihat ke rumah makan Dandaman dan mencari wanita berpakaian seperti apa yang dia katakan. Beberapa lama di sana, di sudut ruangan mataku terbelalak melihat sosok wanita dengan ciri-ciri yang kucari. Ternyata tubuhnya seksi dan dandanannya menunjukkan bahwa dia bukan orang sembarangan. Karena apa yang saya cari sudah ketemu dan ternyata tidak mengecewakan, maka saya langsung menghampirinya.
"Selamat pagi tante", sapaku dengan senyum ramah.
"Selamat pagi juga". jawabnya tak kalah ramahnya.
"Kenalkan nama saya Andy, tante".
"Emh nama tante Santy, Silakan duduk Ndik".
"Terima kasih tante", sambil saya mengambil tempat duduk di depannya.
"Jangan lagi panggil tante ah, panggil saja Santy. Oke?".
"Ya deh", jawabku sambil mengangguk.
Singkat cerita kami berdua ngobrol tentang kami berdua, eh ternyata memang dia bukan orang sembarangan. Dia istri pengusaha terkenal di Semarang.
"Kamu masih kuliah Ndik?
"Masih San, tapi mungkin semester ini saya ambil cuti".
"Lho kenapa?", tanya Santy.
"Yah biasa masalah biaya. Saya harus menanggung buaya hidup dan kuliahku dengan usaha sendiri. Sementara ini bisnis yang saya jalankan lagi sepi San, Jadi yah cuti dulu nggak apa-apa lah", komentarku menerangkan.
"Andhik", kata Santy sambil bergerak mendekatiku. "Ngapain harus cuti segala, emang kamu nggak punya siapa-siapa untuk dimintai bantuan?".
"Emm nggak punya San, habis semua saudaraku berada jauh dari Semarang".
"Lalu kau anggap aku ini siapa? Tanya Santy mengejutkan. "Kamu butuh uang berapa?" lanjutnya.
Saya jadi gelagapan diberondong pertanyaan oleh Santy."Em.., anu.., ehg".
"Kamu nggak usah gugup Ndik, ngomong aja kamu butuh uang berapa".
Akhirnya saya ngaku juga "Anu San dua juta".
Setelah saya ngomong begitu, Santy langsung membuka tas kecilnya dan brak.., uang dua juta sudah di atas meja di depanku.
"San.., engh"
"Ala.., nggak usah basa-basi, ambil saja Ndik"' Kata Santy tahu apa yang sedang saya pikirkan. Lalu gimana saya harus mengembalikannya San. Nanti gampanglah sekarang ayo habiskan makannya.

Setelah makanan di depan meja habis kusantap, Santy langsung membayarnya dan kami beranjak pergi.
"Kita mau kemana San", tanyaku.
"Kamu naik apa Ndik?" tanya Santy.
"Itu naik gerobak antik", kataku sambil menunjuk mobilku.
"Eng kalau begitu, kita naik mobilku saja", kata Santy. "Sementara biar mobilmu disini dulu, Oke?".
"Oke", kataku sambil naik ke mobil Santy.
Dalam pikiranku pasti Santy akan mengajakku ke hotel dan.., ternyata mampir dulu ke rumahnya. Dirumah mewah itu hanya ada perkakas Lux dan Interior yang sangat indah. Halaman luas dengan taman yang indah juga.
"San.., kenapa rumah kamu sepi?".
"Iya memang hanya ada aku dan suamiku yang sering dinas keluar kota. Maklum sibuk dengan bisnisnya".

Akhirnya di ruang tamu kami ngobrol sambil nonton VCD yang telah di on kan oleh Santy. Sebuah CD karaoke dengan background seorang artis yang sensual dengan memamerkan tubuhnya yang menggiurkan. Tangan Santy tidak terasa meraba-raba tangan dan tubuhku. Kulirik buah dadanya yang menyembul ingin keluar dari kaos "you can see" nya. Tanpa ragu saya juga membalas gerakan-gerakan Santy. Semakin dalam semakin asyik saja dan tidak terasa saya dan Santy telah telanjang bulat di sofa ruang tamu."Engh.., ah.., Ndik", jerit Santy saat kujilati liang kewanitaannya sambil kuremas putingnya.
"Terus Ndik.., augh.., nikmatnya augh.., Ndik aku nggak kuat".
Langsung saja penisku, saya masukkan ke liang senggamanya dan kali ini jeritan Santy semakin keras "Augh.., Andhik.., gila kamu.., terus Ndik..". Dan akhirnya cret.., creett.. saya puas dan Santy pun demikian.

Akhirnya pengalaman ini terbawa hingga saya tamat kuliah dengan biaya seluruhnya ditanggung oleh Santy. Kini saya sudah punya rumah, mobil, hand phone dan pekerjaan yang semua berasal dari Santy. Kini Santy telah tiada karena sakit jantung.
Mohon maaf Santy, semoga Tuhan mengampuni dosa kita berdua.

TAMAT
 

Minggu Penuh Sensasi

Pagi itu seperti biasa aku bangun pagi-pagi dan langsung berdiri didepan jendela sambil menatap rumah disebelah bawah. Dan tak berapa lama orang yang ditunggu keluar, orang itu memakai baju yang bagian pundak dan ketiaknya terbuka. Lalu dia mulai menyapu halaman rumahnya sambil membungkuk, sehingga sebagian payudaranya yang besar terlihat dari kaca aku berada. Melihat payudara yang selalu ditopang oleh BH hitam 36 B itu merupakan rutinitasku tiap pagi.

Tetanggaku itu biasa kupanggil tante Nita. Dia sudah menjanda sekitar 2,5 tahun dan memiliki dua anak. Joko, 6 tahun ikut bapaknya dan Dini, 3 tahun ikut tante nita. Tante Nita berprofesi sebagai guru TK dan dia sangat menjaga penampilan tubuhnya. Sehingga diusia 43 tahun dia terlihat 10 tahun lebih muda. Kalo artis dia seperti Betharia Sonataha yangdi usia kepala 4 tetap terlihat segar dan menggairahkan dan Chintami Atmanegara dengan payudara yang kencang dan merangsang. Dan namaku Sonny waktu itu berusia 22 tahun.

Hari itu hari Minggu jam 10:15. Karna bosan aku pergi kesebelah untuk main. Tante Nita berteman dengan ibuku sejak SMP sehingga hubungan kekeluargaan kami sangat kuat. Kupanggil nama Tante Nita dan Dini, tapi tidak ada yang jawab akhirnya aku cuek dan langsung masuk ke dalam. Aku biasa nemanin Dini main sambil sekalian ngintipin payudaranya tante Nita. Sampai ruang tengah kulihat TV masih menyala dengan Volume kecil dan tante Nita tidur dikasur depan TV itu. Waktu itu tante Nita memakai baju seperti kaos singlet laki-laki, warnanya coklat muda. Yang membuat aku menahan napas karna salah satu payudara tante Nita agak kelihatan karna kaosnya tersingkap keatas sebagian, sementara tangannya menjadi bantalan kepala. Setan masuk kepalaku, pelan-pelan aku maju untuk mematikan TV, setelah itu aku jongkk dengan posisi diatasnya. Kugulung sedikit lagi kaosnya, sehingga kini kedua payudaranya terlihat.

Belum pernah aku melihat payudara tante Nita sejelas dan sedekat itu. kuusap kedua payudaranya perlahan sementara mulutku menelusuri tiap jenjang lehernya. Kuteluspkan tanganku kedalam BHnya untuk meraih pentil payudara tante Nita. Saat tersentuh matanya tiba-tiba terbuka. Spontan tanganku menahan kedua tangannya, mulutku menyerbu mulutnya dan kakiku mengunci kakinya.

" Lepasin Son.. apa apaan ini..?? " katanya berusaha berontak.
" Tante, Sonny akan muasin tante.. gak usah nglelawan " satu tanganku turun dan memilin-milin salah satu puting susunya yang mulai mengeras.
" Aaakh.. tapi bukan kaya gini caranya son " jawabnya dengan suara yang bergetar.
" Pokoknya tante rasakan dulu.. abis itu terserah tante aja" bisikku sambil menjilat lubang kupingnya.
" Ya udah terserah kamu aja " katanya sambil membuang muka kesamping.

Kubuka kaos tante Nita dan kubaringkan lagi badannya setalh itu kusingkap BH hitamnya dan langsung kusedot kedua puting susu tante Nita yang kencang kemerah-merahan, sementara tanganku membuka celana dan CDnya. Kulihat vaginanya yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang lebat, kucium vaginanya dan tanganku meremas remas pantatnya. Pelan-pelan lidahku yang basah menelusup himpitan daging yang lembut dan meneyntuh kloritas didalamnya.

" aakh..mmh..aakkrrh " tante Nita merintih menahan rasa nikmat yang sudah lama tidak dia rasakan. Tante Nita menggeliat liar, langsung kupegang pahanya. Kutarik lidahku dan kembali kucium sekitar vaginanya sampai tenang lagi. Kembali kumasukkan lidahku sampai menyentuh kloritasnya, tante Nita menggeliat tapi tidak seliar tadi. Kelihatannya tante nita sangat menikmati tarian lidahku dalam vaginanya, terlihat dari tangannya yang meremas remas puting susunya sendiri. rangsangan semakin kutingkatkan keseluruh bagian dalam vaginanya.

" oouuh.. yahh.. terus son" desah tante Nita yang sudah terangsang. Napasnya memburu tak karuan. Kadang-kadang kuhisap dengan tiba-tiba sehingga tante Nita menggeliat dengan cepat, tubuhnya naik turun bahkan berputar-putar mengikuti jilatanku. Beberapa menit kemudian tubuh tante Nita menegang danmenjepit kepalaku dengan sepasang paha mulusnya. Kedua tangannya mendorong kepalaku agar labih masuk kedalam vaginanya yang mengeluarkan cairan hangat.
" aakhh..oouhh..sshh " rintihnya tak tertahan. dengan perlahan tante Nita mengendurkan jepitannya, aku berdiri untuk membersihkan wajahku kulihat tante Nita masih menikmati sisa orgasmenya. Pasti sudah lama vaginanya tidak dijilat seperti tadi pikirku tersenyum.

Saat aku kembali tante Nita berjalan terhuyung-huyung kekamarnya. Didepan pintu kusergap dia dan tanganku langsung meremas-remas susunya. Ia mendesah halus kemudian berbalikdan langsung menyerbu bibirku. Mulut kami berpagutan dan lidah kami berperang didalam sana. Sementara tangan tante Nita sibuk mempereteli baju dan celanaku sampai tak ada lagi benang ditubuh kami berdua. Setengah takjub tante Nita melihat penisku yang sudah membesar sempurna, dia meremas-remas penisku cukup lama sambil menjilatinya sampai akhirnya dia menelan habis semua batang penisku itu.

" Ooo.. aarghh.. yaah " desahku saat tante Nia maju mundur mengulum penisku sementara lidahnya menari-nari disekitar penisku yang terkulum. Setelah beberapa menit kucabut penisku dan kutarik kepalanya dia terlihat kecewa.
" tante aku udah gak tahan " bisikku sambil mengelus pantatnnya.
" ya udah .. tapi pelan-pelan aja ya " sambil membuka agak lebar kedua pahanya.

Secara perlahan aku masukkan penisku kevagina tante Nita dengan dibantu kedua tangannya. Kurasakan sensasi yang luar biasa saat penisku mulai tenggelam didalam vagina tante Nita, otot-otot vaginanya terasa menekan-nekan penisku. Tante Nita cuma bisa mendesah menikmatinya. Kemudian dengan mengkakngkang lebar tante Nita biarkan aku leluasa menggenjot vaginanya. Keringatku bercucuran menyatu dengan keringatnya, mata tante Nita terpejam dan mulutnya mendesah tak karuan. Kenikmatan mulai menjalari tubuh kekarku, kukencangkan otot perutku penisku semakin keras memanjang.

" Aaah.. oough " ia mengerang keras. bobot tubuhnya tak sanggup ditopang lututnya yang goyah oleh rasa nikmat yang tak terkira, aku terus menggerakkan pantatku maju mundur sambil mendengar suara keciprak lendir yang membanjiri vaginanya. Akhirnya dengan mengerahkan sisa tenagaku kusentakkan pantatku kedepan untuk membenamkan penisku sedalam-dalamnya dilobang vaginanya. Tante Nita kembali menjerit halus dan tubuh kami menyatu. Tangannya ketat memelukku kepalanya tersekat dibahuku sehingga jeritannya tersekat disana. Kurasakan gelombang nikmat orgasme merayapi tubuhku, kuremas kuat pantatnya tubuh kami diam membatu mereguk sisa kenikmatan.

setelah puas tante Nita menarikku berbaring menindihku. Kunikmati setiap sentuhannya pada badanku. Sekitar 15 menit kubaringkan dia kubuka pahanya lebar-lebar kumasukkan lagi penisku dengan cepat kelubang vaginanya dan tante Nita mendesah kecil. Dengan segera desahan itu menjadi erangan dan jeritan ketika aku mempercepat gerakan pantatku. Tangannya bergerak taktentu demikian pula kakinya yang mengkang lebar itu.

" aargghh.. oouuhh" jerit tante Nita. Tapi aku tak memperdulikan jeritannya itu, pantatku terus beraksi, penisku menerobos masuk ruang vaginanya. Kurasakan lahar panas dipenisku akan meledak. Maka kurankul pundaknya dan mulutku kubenamkan dileher tante Nita, dengan satu hentakan pantat yang keras kubenamkan penisku sedalam-dalamnya dilubang vaginanya. Pantatnya bergera hebat menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Pahanya membelit erat pinggangku dan mulutnya menjerit tak karuan kemudian gelombang orgasme melanda seluruh tubuhku. " Crot..crot..crot" spermaku mengalir deras diliang vaginanya diiringi jeritan keras tante Nita.
" Tante sudah puas kan?" bisikku. Dia mengangguk dan akhirnya kami berdua tertidur tanpa sempat merubah posisi.

Tamat
 

Mengikat Bu Guru

Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada saat berada di tingkat terakhir pendidikan SMU di salah satu sekolah swasta yang berada di kota tercinta kita Jakarta. Seperti biasa sekolah SMU ini juga di isi oleh murid murid yang banyak dan beragam, ada yang keturunan, ada yang pribumi, yang pasti ada yang keren keren dan cantik cantik, dan yang pasti juga kita semua asik he he.

Nama saya Ryo (samaran doong), pria berbadan normal ? tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu ceper +/- 170-an lah. Dari dulu saya menggemari olahraga binaraga, yah yang penting ada bentuk aja gitu ? amit amit kali kalo kaya Arnold Swaz.. jijik lah yauu. Rambut pake gaya rada cepak doong ? Cuma bukan cepak ngehe ha ha ha. Waktu itu gue nyetir sendiri ke sekolah, kebetulan bo'il yang ada di rumah untuk gw pake tuuh mobil beremblem H gitu. So ceper doong, tinggal satu jengkal dari tanah boo ? rada susah sih masuk sekolah (sebel).

Dah dulu ah ceritanya, jadi kepanjangan ? nanti pembaca bosen lage he he gak deeh. Waktu itu gue suka ngobrol ngobrol ama cowo ? cowo, tapi gue lebih suka menghabiskan waktu bresama cewe cewe, abis banyak cerita yang aneh aneh, lucu hi hi. Apalagi ce di skul kita kece kece, jadi gaul deeh ama die orang. Kalo cowo cowo ngobrolin mobil mulu ama cewe, biasanya suruh gw kenalin tuuh. Teman gw si Andi selalu nemenin ngobrol mobil, katanya " Ryo lu pasang air filter doong ama kabel busi biar tambah kenceng." Ha ha norak die, kaga tau isi bo'il gw kali yee. Kalo si Nonie suka ngajak ke café die bilang "Eh, lu kan baru beli baju baru tuuh, jalan yuuk weekend bareng." Gitu deeh. Yaah obrolan obrolan high school deeh.

Nah satu niih yang dari dulu gak lepas dari pandangan gue, guru Inggris gue tuuh. Buset deeh. Sebut saja namanya Melia panggilannya sih Bu Lia gitu. Memang ada beberapa temen ce juga yang bahkan lebih cakep dan kece dari Bu Lia. Kadang kadang temen gw si Lani ngedumel "Ryo lu ngapain siih liatin tuh guru, mendingan lu liatin gue." He he bukan begitu niih masalahnya, begini si Bu Lia nih mulai kerja di SMU kita semenjak tingkat dua.

Bu Lia adalah perempuan yang maasih berumur tidak terlalu jauh dari kita kita die Cuma beda 6 taon gitu. Parasnya manis, kulitnya putih mulus terlihat lembut terawat, matanya tidak terlalu sipit berbola mata coklat dengan bulu mata yang lentik tambah lipetan wow ngeliatin matanya aja bengong gue, dengan hidung yang pas tidak terlalu mancung tidak terlalu pesek plus rambut lurus ampe punggung, well kadang kadang di iket poni, kadang kadang di iket keatas pake jepit ? wow bayangin tuuh. Dengan tinggi badan ideal +/- 167an. Gue sering perhatiin dia selalu pake blouse dan pake rok ke sekolah, rapih deeh tapi keren. Katanya siih dia belajar di Aussie sebelom ngajar, dan waktu itu jg gue pernah nanyain juga ama do'i, "memang waktu di Australia Ibu belajar di mana?" dengan lembut dia menjawab "Ryo waktu itu saya belajar di TAFE untuk menjadi guru bahasa Inggris." Duuh senengnya kalo denger suara do'i yang lembut gitu sama kalo lagi deket deket gitu kadang kadang blousenya rada tersingkap ? keliatan deeh Bra nya yang putih (jarang pake warna macem macem).

Laen gitu ngeliatin temen temen ce gue, dia orang tuuh temen gitu, nah kalo yang ini tuuh gak tau dari mana jantung gue musti berdebar debar, truss pengen tau aja apa siih di balik blousenya itu ama apa siih di balik rok nya itu. Bu Lia udah ampir dua taon ini gue perhatiin die musti pake rok yang selutut, memang ada beberapa jenis untuk beberapa setelan "seragam" ?nya do'i. Die sering baca novel roman, macem macem dan semuanya berbahasa inggris. Kadang kadang gue bertanya tanya dalam hati, "mm nih perempuan udah punya cowo blom yaah?" truss gw perhatiin gak pernah ada yang jemput do'i kalo pulang ngajar ? die dateng ke sekolah kalo jam ngajar aja, kelihatannya jarang bergaul dengan guru guru laen.

Nah kebetulan taon ini ada jam bahasa inggris terakhir, dari dulu siih sering ngobrol tapi so'al kerja'an sekolah aja. Suatu sa'at waktu do'i lagi beresin pekerjaan yang baru di kumpulin gue beraniin diri nanya "Bu Lia, ibu udah punya pacar bloom?" trus do'i jawab yang selama ini gw udah duga "blom tuuh, memang kenapa Ryo?" "Gak siih Bu, Cuma penasaran aja, boleh doong nanya." Pause sejenak " yaah memang Ryo, blom ada yang cock siih." (oow asiik niih he he).

Semenjak itu di kelas kadang kadang suka keliatan do'i curi curi pandang ama gue, gue tau tapi cuekin aja lah. Naah namanya penasaran sekali sekali gue coba ikutin die pulang ke rumahanya, dia naik taxi gue ikutin tanpa sepengetahuan do'i. Rumahanya berada di salah satu komplex perumahan di Jakarta barat deket RCTI, wah ternyata do'i adalah wanita berada ? makanya jarang bergaul ama guru guru laen, dan gak heran kalo kulitnya mulus, pakaiannya keren keren, ama bau badannya haruumm he he.

Nah semenjak saat itu sering gue pegi ke kerumahnya tanpa sepengetahuan die dan temen temen, alesan gue balik istirahat. Untuk menghilangkan kecurigaan kecurigaan dari para satpam perumahan do'i sekali gue nongkrong di pos hansip ngasih tau (ama kasih tip) untuk ngejaga'in mobil gue yang gue parkir di sebelah gang rumah do'i, gue bilang ke satpam kalo gue ke rumah temen yang ada di situ. Rumahnya ternyata sepi, mungkin ortunya do'i kerja ampe malem. Kelihatannya do'i juga gak pake pembantu tapi pake maid yang datend dua kali seminggu.

Gue selalu bawa video kamera di mobil, soalnya sapa tau di sekolah ada acara yang asik asik kan he he. By the way suatu hari gak sengaja gerbang terluar rumahnya gak di konci. Wah jantung gue rada berdebar debar, tapi gue kalemin dan nekat masuk ? gak lupa bawa video camera. Ruang tengah rumahnya luas, ada TV berukuran 42in wide screen lagi beserta audio lengkap, sofa kulit yang terawat, furniturnya tidak terlalu banyak tapi semua serasi. Mmm pake designner nih. Nah terdengar suara desiran air dari kamar yang berada di atas. "wah lagi mandi niih do'i" ngeres pikiran gue he he. Jantung udah dag dig dug gak karuan lagii. Trenyata kamarnya do'i gak di tutup lagi ? taugak luh ampir pingsan gue jantung rasanya mau copot tangan keringet dingin.

Wah ternyata kamarnya rada acak acakan, karena pake karpet (tebel) jadi ada baju bergeletakan di lantai nah ada Panty nya juga ? gues what gue ampe shock ? Do'i pake G-string warnanya merah, tapi branya normal putih polos ? ada juga yang aneh gue liatin kancing BHnya di depan "wow keren nih perempuan" pikir gue.

Tiba tiba suara air shower berhenti, dooh panick.. gue ngumpet di balik rak buku yang ada deket pintu kamarnya. Mmm dari tempat gue tuuh bisa kecium baunya fresh banget wow. Gue tunggu dag dig dug jantung berdebar takut kalo kalo die keluar kamar, 10 menit gue tunggu gak keluar keluar nih perempuan, trus gue denger suara kresek kresek dari ranjangnya die. Ada body mirror deket pintu ngadep ke ranjangnya Do'i gue berani'in diri ngintitip dari balik rak buku ? duh bayangin deh kayak taruhan kalo die ngadep ke sini ketauan deh gue kalo gak selameet. "kalo gak liat cabut ah buru buru!" gitu pikiran gue. 1, 2, 3 nah .. eeh ternyata die gak liat ke sini phuiih leganya.

Do'i ternyata lagi asik baca buku romannya ngadep ke jendela bantal di bawah dagunya. Anyway wah aman niih, pas mau cabut gue liat liat lagi ternyata do'i lagi asik banget ama novelnya. Die pake handuk kimono, rada tersingkap ? die goyang goyang kaki. Waah gak bisa terlewatkan niih pikir gue, jadinya gue gak jadi cabut. Woow pahanya mulus abiis trus karena posisisnya die lagi nyantai jadi agak mengkangkang tuuh.. waah bayangin deeh kesempetan. Itu pahanya keliatan ampe rada dalem deket selangkangannya waah langsun junior gue bangun gagah perkasa. Gw benerin dulu jadinya. Truss tiba tiba kedengeran dia kayaknya merubah posisi .. oops gw dieem gak napas, gue liat lagi ternyata die Cuma balik badan, tapi mukannya tertutup ama buku romannya tuuh.

Nah ini gile gue pikir "kesambet apa gue semalem yaah bisa ngeliat nih cewe asik bener ama bukunya sampe gak tau keaadaan sekitar." Taugak posisi do'i sekarand rada terlentang tangan dua duanya pegang buku, kimononya rada tersingkap, kaki kirinya nekuk, walah gue bisa liat kakinya mulus abis dari ujung kaki ampe pantatnya yang mulus putih sama keliatan juga vaginanya dikit, kelihatannya die rawat tuh bulu, rapih gak banyak bagian luar bibir vaginannya mulus (di cukur). Waw ampir gak bisa napas gue sesek, gue pertahanin diri untuk diem sediem diemnya sambil terus record.
Gak tau gimana die megang bukunya Cuma pake satu tangan kali ini, nah tangan yang satunya buka kimono bagian atas, gues what langsung terlhat buah dadanya sebelah kiri yang putih dengan puting berwarna rada pink yang udah tegang, "duuh Bu Lia kenapa kamu begitu indah yaah." Pikir gue. Kakinya yang satu di naekin juga, tapi kimononya malah nutupin vaginannya soalnya tangannya yang bebas itu megangin kimononya. Naah dua paha mulus mengkangkang. "wah Bu Lia Hornny berat niih."

Tangannya yang bebas balik ke atas pelan pelan dadanya di sentuh memutar sampe ke puting trus dia plintir sembari di tarik putingnya trus dia mengeluh dikit pas ditarik kearas putingnya, dia buka lagi buah dadanya sebelah kanan, trus proses yang sama di ulang ulang sembari merapatkan kakinya mendesis "sstt.." mendesis lagi. Junior tuuh udah konak abis abisan nih ngeliat adegan kayak gini di depan mata. Do'i secara lembut memutar mutarkan jarinya di pitingnya satu satu perlahan lahan sembari mendesis. Karena udah keras banget tuh puting dua duanya sampe sampe eurolanya berbintik bintik sangking terangsangnya dia mulai menarik narik kecil putingnya, kadang gemes dia pelintir ke atas sembari mengeluh "aa..aa.aahh". Sepertinya dia udah terangsang berat niih.

Sekali kali terlihat mukanya dari balik buku sembari memejamkan mata. Jadi gak keliatan deh gue he he .. (udah dag dig dug setengah mati) terlalu asik die. Lalu dia taro bukunya dan mulai memelintir kedua putingnya sekaligus, dia mengeluarkan suara mengeluh dan mengerang sambil dadanya di busungkan ke atas ? what a beautiful sight, oh god! Naah sekarang tangannya yang satu mencari cari ke bawah, dia tidak menyingkap kimononya, malah menggosok dari luar, begitu tangannya menyentuh bagian sensitif itu walaupun tertutup handuk do'i mengerang "AA .. aa ..aah .. sstt.. naa .. aagh." Kakinya menjepit tangannya yang bergerak gerak sedikit. Lalu dia buka lagi pahanya lebar leabar (ada anduk niih ngehalangin).. anyway tangan satunya terus memelintir dan menarik puting nya yang sebelah kanan. Kakinya menjepit tangannya lagi sembari mendesis dan mengerang panjang kepalanya mendongak ke atas "ss.. sstt.. tt .. AA.. aa.aa.. uug.. hh." Climax tuh kayaknya. Nah kesempetan cabut buru buru sebelom ketauan..

Naah balik ke mobil dengan muka rada pucat, gue diem bulu di mobil menenangkan pikiran, tarik nfas dalam dalam beberapa kali, duduk pake ac di mobil ampe 5 menitan (shock berat). Trus gue langsung cabut balik kerumah. Di rumah gue coli sampe dua kali ngeliatin tuh hasil rekaman gue, haah lega rasanya. Malem harinya gue mulai mikir yang ngeres ngeres. Gue buat buat rencana yang aneh aneh, tapi gue juga masih ragu apa gue bisa gak coba ngejalanin rencana rencana tersebut. Jadi semaleman gue pikirin. Ke'esokan harinya gue ke sekolah gue dieem aja. Si Nonie sampe nanya "Heh Ryo kenapa luu koq rada pucet gitu nih hari sakit yaah?" "gak Non gue kurang tidur niih banyak pikiran mau mulai ngerangkum bahan ujian." ? duuh alesan lagii.

Hari itu gue Cuma ngeliat Bu Lia sekali Sebelom Lunch ? masih kebayang kejadian yang terjadi kemaren ? rusak deeh pikiran gue.. Gue terus mikirin rencana sampe beberapa hari. Naah pas ada jam Bahasa Inggris terakhir gue bertekad untuk ngejelasin rencana yang gue udah bikin, untuk acara gue dan Bu Lia di Weekend yang akan datang mulai dari hari Sabtu ampe Senen.

Tamat
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cerita Panas - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger